Selamat Datang di Blog Sederhana ini,
semoga Blog ini dapat menjadi media komunikasi dan informasi bagi mereka yang memerlukan informasi.

Selasa, 08 Maret 2011

SNI 13-6011-1999

Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara

Daftar isi

 Daftar isi ...........................................................................i
Latar Belakang...................................................................ii
1    Ruang lingkup...............................................................1
2    Acuan ..........................................................................1
3    Definisi .........................................................................1
4    Istilah dan pengertian......................................................1
5    Tahap eksplorasi............................................................3
6    Tipe endapan batu bara dan kondisi geologi....................4
7    Kelas sumber daya dan cadangan...................................6
8    Dasar klasifikasi ............................................................7
9    Persyaratan ...................................................................9
10    Pelaporan ...................................................................11
11    Pengujian.....................................................................11

Latar Belakang
 
Batu  bara  merupakan  bahan  galian  yang  strategis  dan  salah  satu  bahan  baku  energi nasional  yang  mempunyai  peran  yang  besar  dalam  pembangunan  nasional.  Informasi mengenai  sumber  daya  dan  cadangan  batu  bara  menjadi  hal  yang  mendasar  di  dalam merencanakan strategi kebijaksanaan energi nasional.

Dewasa  ini  pemerintah  tengah  meningkatkan  pemanfaatan  batubara  sebagai  energi alternatif baik untuk keperluan domestik seperti pada sektor industri dan pembangkit tenaga listrik, maupun untuk ekspor. Sejalan dengan  itu pemerintah  telah melibatkan pihak swasta dalam pengusahaan pengembangan batu bara.

Cara  penggolongan  sumber  daya  dan  cadangan  batu  bara  di  Indonesia masih  beragam sehingga  dirasakan  perlu  untuk  membuat  suatu  standar  yang  dapat  digunakan  sebagai pedoman  di  dalam  pengklasifikasian  sumber  daya  dan  cadangan  batubara  Indonesia Dengan demikian, standar  ini diharapkan dapat menghindari kerancuan dalam menafsirkan berbagai  istilah dan pengertian  yang berkenaan dengan  sumber daya dan  cadangan batu bara Indonesia.

Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara
 
1    Ruang lingkup 

Standar  ini  meliputi  acuan,  definisi,  istilah,  dasar  dan  kriteria  klasifikasi,  persyaratan, pelaporan, dan pengujian sumber daya dan cadangan batubara.

 2    Acuan 

Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara Indonesia ini mengacu pada acuan sebagai
berikut :
1.  Dewan  Standardisasi Nasional,  1997.  Klasifikasi  sumber  daya mineral  dan  cadangan 
     (Rancangan Standar Nasional Indonesia No. 9 hal.
2.  Friedrich-Karl  Bandelow,  1996.  Workshop  on  reassessment  of  coal  and  mineral 
     Deposits  under  Market  Economy  Conditions,  The  3-Dimensional  reserve/resource 
     classification  system  -  a  practical  application  on  two  toal  deposits, Montan-Consulting 
    GMBH, Unpublished, 14 pp.
3.  Hughes,  J.D.,  Klatzel-Mudry,  L.  and  Nikols,  D.J.,  1989.  A  standardized  coal 
    resource/reserve  reporting system  for Canada, Geol. Survey of Canada, Paper 88-21, 
   Energy, Mines and Resources Canada, 17 pp.
4.  Joint  Committee  of  the  Australasian  Institute  of  Mining  and  Metallurgy,  Australian 
     Institute of Geoscientists and Minerals Council of Australia, 1996. Australasian code for 
     reporting  of  identified  mineral  resources  and  ore  resources,  Minerals  Council  of 
    Australia, 19 pp.
5.  Koesoemadinata, R.P., Hardjono, Ismail Usna and Harli Sumadirdja, 1978. Tertiary coal 
     basins of Indonesia, UN ESCAP, CCOP Tech. Bull., v. 12, p. 43-86.
6.  Wood,  G.H.,  Kehn,  T.M.,  Carter,  M.D.  and  Culbertson,  W.C.,  1983.,  Coal  resource 
   classification system of  the U.S. Geological Survey, Geological Survey Circular 891, 65 pp.
7.  United  Nations  Economic  and  Social  Council,  Economic  Commission  for  Europe, 
     Committee  on  Sustainable  Energy,  1996.  United  Nations  International  Framework, 
     Classification for reserves/resources. - solid fuels and mineral commodities, 174 pp. 

3    Definisi

3.1 Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara upaya  pengelompokan  sumber  daya   
      dan  cadangan geologi dan kelayakan ekonomi.
 
4    Istilah dan pengertian

4.1    Umum 
4.1.1    Endapan batubara (coal deposit)
endapan  yang  mengandung  hasil  akumulasi material  organik  yang  berasal  dari  sisa-sisa
tumbuhan yang  telah melalui proses  litifikasi untuk membentuk  lapisan batu bara. Material
tersebut  telah  mengalami  kompaksi,  ubahan  kimia  dan  proses  metamorfosis  oleh
peningkatan  panas  dan  tekanan  selama  perioda  geologis.  Bahan-bahan  organik  yang
terkandung  dalam  lapisan  batu  bara mempunyai  berat  lebih  dari  50%  atau  volume  bahan
organik tersebut, termasuk kandungan lengas bawaan (inherent moisture), lebih dari 70%.

4.1.2   Sumber daya batu bara (coal resources)
bagian  dari  endapan  batu  bara  yang  diharapkan  dapat  dimanfaatkan.  Sumber  daya  batu
bara  ini dibagi dalam kelaskelas sumber daya berdasarkan  tingkat keyakinan geologi yang
ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif
oleh  jarak  titik  informasi.  Sumber  daya  ini  dapat  meningkat  menjadi  cadangan  apabila
setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

4.1.3   Cadangan batubara (coal reserves)
bagian  dari  sumber  daya  batu  bara  yang  telah  diketahui  dimensi,  sebaran  kuantitas,  dan
kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan Iayak untuk ditambang.
 
4.1.4   Keyakinan geologi (geological assurance)
tingkat kepercayaan  tentang keberadaan batu bara yang ditentukan oleh  tingkat kerapatan
titik  informasi geologi yang meliputi ketebalan, kemiringan  lapisan, bentuk, korelasi  lapisan
batu  bara,  sebaran,  struktur,  ketebalan  tanah  penutup,  kuantitas  dan  kualitasnya  sesuai
dengan tingkat penyelidikan.

4.1.5    Kajian kelayakan (feasibility study)
suatu  kajian  rinci  terhadap  semua  aspek  yang  bersifat  teknis  dan  ekonomis  dari  suatu
rencana  proyek  penambangan. Hasil  dari  kajian  ini  dapat  digunakan  sebagai  dasar  untuk
menentukan  keputusan  investasi  dan  sebagai  dokumen  yang  mempunyai  nilai  komersial
(bankable document) untuk pendanaan proyek. Kajian  ini meliputi seluruh aspek ekonomi,
penambangan,  pengolahan,  pemasaran,  kebijakan  pemerintah,  peraturan/perundang-
undangan, lingkungan dan sosial. Proyeksi anggaran biaya harus akurat dan berdasar serta
tidak  diperlukan  lagi  penyelidikan  lanjutan  untuk membuat  keputusan  investasi.  Informasi
pada  kajian  ini  meliputi  angka  cadangan  yang  didasarkan  pada  hasil  eksplorasi  rinci,
pengujian model teknis, dan perhitungan biaya operasional.

4.1.6    Ketebalan lapisan batu bara (seam thickness)
jarak  terpendek antara atap dan  Iantai  lapisan batu bara yang diukur pada singkapan batu
bara  (surface outcrop),  Iubang bor  (borehole), dan pengamatan pada  tambang dalam aktif
(working underground mining).
Lapisan  batu  bara  seringkali,  meskipun  tidak  selalu,  terdiri  atas  sublapisan  atau  lapisan
majemuk yang dihasilkan oleh terbelahnya lapisan atau penggabungan lapisan. Sub-lapisan
ini  mempunyai  karakteristik  masing-masing  yang  kadang-kadang  dipisahkan  oleh  lapisan
pengotor (rock/dirt partings) dengan ketebalan yang bervariasi. 

4.1.7    Batubara energi rendah (brown coal)
jenis  batu  bara  yang  paling  rendah  peringkatnya,  bersifat  lunak,  mudah  diremas, mengandung kadar air yang tinggi (10-70%), terdiri atas batu baraenergi rendah lunak (soft brown coal) dan batu baralignitik atau batu bara energi tinggi (lignitic atau hard brown coal)
yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 7000 kalori/gram (dry ash free - ASTM).

4.1.8   Batubara energi tinggi (hard coal)
semua  jenis batu bara yang peringkatnya  lebih  tinggi dari brown coal, bersifat  lebih keras,
tidak mudah diremas, kompak, mengandung kadar air yang relatif rendah, umumnya struktur
kayu  tidak  tampak  lagi,  dan  relatif  tahan  terhadap  kerusakan  fisik  pada  saat  penanganan
(coal handling). Nilai kalorinya > 7000 kalori/gram (dry ash free - ASTM).


5    Tahap eksplorasi

Tahap eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, yakni survei tinjau,
prospeksi,  eksplorasi  pendahuluan,  dan  eksplorasi  rinci.  Tujuan  penyelidikan  geologi  ini
adalah  untuk  mengidentifikasi  keterdapatan,  keberadaan,  ukuran,  bentuk,  sebaran,
kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu barasebagai dasar analisis/kajian kemungkinan
dilakukannya  investasi. Tahap penyelidikan  tersebut menentukan  tingkat keyakinan geologi
dan kelas sumber daya batu bara yang dihasilkan.

Penghitungan  sumber  daya  batu  bara  dilakukan  dengan  berbagai  metoda  diantaranya
poligon, penampangan, isopach,inverse distance, geostatisik, dan lain-lain.

5.1    Survei tinjau (Reconnaissance)

Survei  tinjau  merupakan  tahap  eksplorasi  batu  barayang  paling  awal  dengan  tujuan
mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan batu bara yang
berpotensi  untuk  diselidiki  lebih  lanjut  serta  mengumpulkan  informasi  tentang  kondisi
geografi,  tata guna  lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara  lain, studi geologi
regional,  penafsiran  penginderaan  jauh,  metode  tidak  langsung  lainnya,  serta  inspeksi
lapangan  pendahuluan  yang menggunakan  peta  dasar  dengan  skala  sekurang-kurangnya
1:100.000.

 5.2    Prospeksi (Prospecting)

Tahap  eksplorasi  ini  dimaksudkan  untuk  membatasi  daerah  sebaran  endapan  batu  bara
yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini,
di  antaranya,  pemetaan  geologi  dengan  skala minimal  1:50.000,  pengukuran  penampang
stratigrafi,  pembuatan  paritan,  pembuatan  sumuran,  pemboran  uji  (scout  drilling),
pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika,
dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.

5.3    Eksplorasi pendahuluan (Preliminary exploration)

Tahap  eksplorasi  ini  dimaksudkan  untuk mengetahui  gambaran  awal  bentuk  tiga-dimensi
endapan  batu  barayang  meliputi  ketebalan  lapisan,  bentuk,  korelasi,  sebaran,  struktur,
kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala
minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi
geologinya,  penampangan  (logging)  geofisika,  pembuatan  sumuran/paritan  uji,  dan
pencontohan  yang  andal.  Pengkajian  awal  geoteknik  dan  geohidrologi  mulai  dapat
dilakukan. 

5.4    Eksplorasi rinci (Detailed exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga-
dimensi endapan batu bara secara lebih rinci.

Kegiatan  yang  harus  dilakukan  adalah  pemetaan  geologi  dan  topografi  dengan  skala
minimal  1:2.000,  pemboran  dan  pencontohan  yang  dilakukan  dengan  jarak  yang  sesuai
denga.i kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi
dan  geoteknik.  Pada  tahap  ini  perlu  dilakukan  penyelidikan  pendahuluan  pada  batu  bara,
batuan,  air  dan  lainnya  yang  dipandang  perlu  sebagai  bahan  pengkajian  lingkungan  yang
berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.


6    Tipe endapan batu bara dan kondisi geologi
6.1    Tipe endapan batu bara

Secara umum endapan batu bara utama di Indonesia terdapat dalam tipe endapan batu bara
Ombilin,  Sumatera  Selatan,  Kalimantan  Timur  dan  Bengkulu.  Tipe  endapan  batu  bara
tersebut  masing-masing  memiliki  karakteristik  tersendiri  yang  mencerminkan  sejarah
sedimentasinya.  Selain  itu,  proses  pasca  pengendapan  seperti  tektonik,  metamorfosis,
vulkanik  dan  proses  sedimentasi  lainnya  turut mempengaruhi  kondisi  geologi  atau  tingkat
kompleksitas pada saat pembentukan batu bara.

6.2    Kondisi geologi/kompleksitas

Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat
dikelompokkan  menjadi  tiga  kelompok  utama  :  Kelompok  geologi  sederhana,  kelompok
geologi  moderat,  dan  kelompok  geologi  kompleks.  Uraian  tentang  batasan  umum  untuk
masing-masing  kelompok  tersebut  beserta  tipe  lokalitasnya  adalah  sebagai  berikut,
sedangkan ringkasannya diperlihatkan pada Tabel 1.

6.2.1   Kelompok geologi sederhana

Endapan  batu  baradalam  kelompok  ini  umumnya  tidak dipengaruhi oleh aktivitas  tektonik,
seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu barapada umumnya landai, menerus secara
lateral sampai  ribuan meter, dan hampir  tidak mempunyai percabangan. Ketebalan  lapisan
batu  barasecara  lateral dan  kualitasnya  tidak memperlihatkan  variasi  yang berarti. Contoh
jenis kelompok ini
antara lain, di lapangan Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin
Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau). 

Tabel 1
 ASPEK TEKTONIK DAN SEDIMENTASI SEBAGAI PARAMETER DALAM PENGELOMPOKAN KONDISI GEOLOGI


6.2.2    Kelompok geologi moderat

Batu bara dalam kelompok  ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang  lebih bervariasi
dan sampai  tingkat  tertentu  telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan  tektonik.
Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya
relatif  sedang.  Kelompok  ini  dicirikan  pula  oleh  kemiringan  lapisan  dan  variasi  ketebalan
lateral  yang  sedang  serta  berkembangnya  percabangan  lapisan  batu  bara,  namun
sebarannya masih dapat diikuti sampai  ratusan meter. Kualitas batu bara secara  langsung
berkaitan  dengan  tingkat  perubahan  yang  terjadi  baik  pada  saat  proses  sedimentasi
berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku
mempengaruhi struktur  lapisan dan kualitas batu baranya. Endapan batu barakelompok  ini
terdapat antara  lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan-
Loa  Kulu,  Petanggis  (Kalimantan  Timur),  Suban  dan  Air  Laya  (Sumatera  Selatan),  serta
Gunung Batu Besar (Kalimantan Selatan).

6.2.3    Kelompok geologi kompleks

Batu barapada kelompok  ini umumnya diendapkan dalam sistim sedimentasi yang komplek
atau  telah mengalami deformasi  tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan  terbentuknya
lapisan  batu  baradengan  ketebalan  yang  beragam.  Kualitas  batu/baranya  banyak
dipengaruhi  oleh  perubahan-perubahan  yang  terjadi  pada  saat  proses  sedimentasi
berlangsung  atau  pada  pasca  pengendapan  seperti  pembelahan  atau  kerusakan  lapisan
(wash out).

Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overtumed) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum  dijumpai  dan  sifatnya  rapat  sehingga menjadikan  lapisan  batu  bara  sukar dikorelasikan.  Perlipatan  yang  kuat  juga  mengakibatkan  kemiringan  lapisan  yang  terjal. Secara  lateral,  sebaran  lapisan  batu/baranya  terbatas  dan  hanya  dapat  diikuti  sampai puluhan meter. Endapan batu baradari kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang, Formasi  Warukin,  Ninian,  Belahing  dan  Upau  (Kalimantan  Selatan),  Sawahluhung (Sawahlunto.  Sumatera  Barat).  daerah  Air  Kotok  (Bengkulu),  Bojongmanik  (Jawa  Barat),
serta  daerah  batu  barayang  mengalami  ubahan  intrusi  batuan  beku  di  Bunian  Utara (Sumatera Selatan).



7    Kelas sumber daya dan cadangan

7.1    Sumber daya batu bara hipotetik (hypothetical coal resource)

Sumber  daya  batu  baraadalah  jumlah  batu  baradi  daerah  penyelidikan  atau  bagian  dari
daerah  penyelidikan,  yang  dihitung  berdasarkan  data  yang memenuhi  syarat-syarat  yang
ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

7.2    Sumber daya batu bara tereka (inferred coal resource)

Sumber daya batu bara  tereka adalah  jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian
dari  daerah  penyelidikan,  yang  dihitung  berdasarkan  data  yang  memenuhi  syarat-syarat
yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

7.3    Sumber daya batu bara tertunjuk (indicated coal resource)

Sumber  daya  batu  bara  tertunjuk  adalah  jumlah  batu  bara  di  daerah  penyelidikan  atau
bagian  dari  daerah  penyelidikan,  yang  dihitung  berdasarkan  data  yang memenuhi  syarat-
syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. 


7.4    Sumber daya batu bara terukur (measured coal resource)

Sumber daya batu baraterukur adalah  jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian
dari  daerah  penyelidikan,  yang  dihitung  berdasarkan  data  yang  memenuhi  syarat-syarat
yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

7.5    Cadangan batu bara terkira (probable coal reserve)
Cadangan batu bara  terkira adalah sumber daya batu bara  tertunjuk dan sebagian sumber
daya batu bara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah
terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.

7.6    Cadangan batu bara terbukti (proved coal reserve)
Cadangan batu baraterbukti adalah sumber daya batu baraterukur yang berdasarkan kajian
kelayakan  semua  faktor  yang  terkait  telah  terpenuhi  sehingga  hasil  kajiannya  dinyatakan
layak.
 
8    Dasar klasifikasi

Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu baradidasarkan pada tingkat keyakinan geologi
dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi
dan aspek ekonomi.


8.1    Aspek geologi

Berdasarkan  tingkat  keyakinan  geologi,  sumber  daya  terukur  harus  mempunyai  tingkat
keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumber daya tertunjuk, begitu pula sumber
daya  tertunjuk harus mempunyai  tingkat keyakinan yang  lebih  tinggi dibandingkan dengan
sumber  daya  tereka.  Sumber  daya  terukur  dan  tertunjuk  dapat  ditingkatkan  menjadi
cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak (Tabel 2).
Tingkat  keyakinan geologi  tersebut  secara  kuantitatif dicerminkan oleh  jarak  titik  informasi
(singkapan, lubang bor).

8.2    Aspek ekonomi

Ketebalan minimal lapisan batu bara yang dapat ditambang dan ketebalan maksimal lapisan
pengotor  atau  "dirt  parting"  yang  tidak  dapat  dipisahkan  pada  saat  ditambang,  yang
menyebabkan  kualitas  batubaranya  menurun  karena  kandungan  abunya  meningkat,
merupakan  beberapa  unsur  yang  terkait  dengan  aspek  ekonomi  dan  perlu  diperhatikan
dalam menggolongkan sumber daya batu bara. 


9    Persyaratan

9.1    Persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi

Persyaratan  jarak  titik  informasi  untuk  setiap  kondisi  geologi  dan  kelas  sumber  dayanya
diperlihatkan pada Tabel 3.

9.2    Persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi

Batubara  jenis batu baraenergi  rendah  (brown  coal) menunjukkan kandungan panas yang
relatif  lebih rendah dibandingkan dengan batu barajenis batu bara energi  tinggi (hard coal).
Karena pada hakikatnya kandungan panas merupakan parameter utama kualitas batu/bara,
persyaratan batas minimal ketebalan batu barayang dapat ditambang dan batas maksimal
lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang untuk batu barajenis batu
baraenergi  rendah  (brown coal) dan batu barajenis batu baraenergi  tinggi  (hard coal) akan
menunjukkan angka yang berbeda. Persyaratan tersebut diperlihatkan pada Tabel 4.
 
 TABEL 3
JARAK TITK INFORMASI MENURUT KONDISI GEOLOGI

Tabel  4
Persyaratan kuantitatif ketebalan lapisan batu baradan lapisan kotor
 
10    Pelaporan

Supaya  data  sumber  daya  dan  cadangan  dapat  dimengerti  dengan  baik  dan mudah  oleh
pihak-pihak  yang  berkepentingan,  perlu  adanya  sistem  pelaporan  yang  baku.  Laporan  ini
menggambarkan status terakhir mengenai sumber daya dan cadangan batu barasecara rinci
dan akurat dan disarikan seperti pada Tabel 5. Laporan hasil kegiatan penyelidikan sumber
daya dan cadangan batu baraini disimpan di instansi/lembaga yang ditunjuk

 11    Pengujian

11.1  Pengujian  kelas  sumber  daya  dan  cadangan  batu  bara  dilakukan  terhadap terpenuhinya persyaratan yang telah ditentukan.

11.2  Panitia/lembaga penguji merupakan tim yang dibentuk oleh instansi yang berwenang 
         untuk  tujuan  itu.  Anggota  panitia/lembaga  yang  ditunjuk  terdiri  atas  para  ahli  yang 
         berkompeten dan berpengalaman di bidangnya.
 
TABEL 5
FORMAT PELAPORAN SUMBER DAYA DAN CADANGAN BATUBARA